MATABLITAR.COM– Hingga saat ini, Paijo masih merenung dan meraba tentang nasibnya sebagai petani yang (tentu) belum bisa melakukan himbauan pemerintah secara maksimal. Bagaimana tidak, setiap hari ia harus pergi ke sawah dan kadang ke kebun untuk merawat tanamannya sendiri atau bekerja ke orang lain. Di satu sisi, ia sangat ingin melaksanakan himbauan pemerintah dengan maksimal. Namun di sisi lain, ia juga merasa kebingungan karena harus mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi menghidupi anak istrinya. Kondisi ini tak lain disebabkan wabah Corona Virus Disease 2019.
Sejak dikabarkan merebaknya Virus Corona di tahun 2019 yang diketahui muncul dari Wuhan China, seluruh dunia bersatu padu melakukan upaya preventif untuk mengurangi angka kematian warganya. Bahkan, pelbagai kebijakan diberlakukan secara variatif sesuai dengan kondisi negara masing-masing. Ada yang menerapkan Social Distancing, menghindari kerumunan hingga ke Lock Down. Tetapi, apakah Paijo mengerti tentang semua itu? Bukankah dia hanya seorang petani yang hanya ingin memberi sandang pangan keluarganya?
Baca Juga : Bedah ‘SARUNG’
Baik, sejenak kita melupakan si Paijo dulu. Walau nasibnya juga menjadi PR bagi kita semua, utamanya pemerintah. Di beberapa media, santer informasi dan kabar update tentang si Covid-19. Dari yang mendukung langkah pemerintah secara masif hingga kalangan apatis. Dari golongan artis sinetron hingga si Raja Dangdut pun tak mau ketinggalan membahas Covid-19. Hanya butuh waktu kurang lebih 5 bulan untuk menyita perhatian publik. Di kalangan cendekiawan juga menuai beberapa opini tentang Covid-19, ada yang mengganggap sebagai bagian dari “politik”, ada juga yang berpendapat bahwa hal itu murni penyakit tanpa orientasi politik. Tidak hanya itu, beberapa media pun turut andil terhadap lalu lalang si Covid-19. Baik mengabarkan tentang korban dalam bentuk angka, maupun hal ihwal netizen dalam menghadapi Covid-19.
Kata guru saya, “setiap kejadian pasti ada hikmahnya”. Setidaknya dengan adanya pandemi ini, masyarakat menyadari betapa penting harga sebuah kesehatan, kesabaran dan keikhlasan. Oh iya, mari kita kembali membicarakan nasib si Paijo di tengah pandemi Covid-19. Lelaki tua itu pada mulanya tidak pernah alpa pergi ke sawah dan atau kebun di setiap pagi. Dengan modal arit dan cangkul di pundaknya, Paijo penuh semangat melangkah di hamparan tanah terjal dan kadang licin. Penghasilan tak menentu saat panen, baginya telah menjadi irama kehidupan yang sama sekali tidak perlu dihiraukan.
Dari layar televisi di atas meja reyot itu, Paijo selalu melihat dan mendengar berita Pandemi Covid-19. Paijo hanya gigit jari saat mengetahui adanya himbauan Work Form Home (kerja dari rumah). Dulu, ia sangat bangga menjadi petani. Karena ia berpikir berkat keringat dan kemampuannya, ia bisa menghidupi masyarakat Indonesia melalui hasil tanamannya. Namun, kebanggaan yang nyaris menyertai selama hampir seluruh hidupnya tiba-tiba hambar dan kaku. Bagaimana tidak, Paijo hanya seorang petani dan tidak memiliki penghasilan tetap.
Baca Juga : MEMBANGUN KESADARAN BERPOLITIK GENERASI MILENIAL
Sejak Indonesia Merdeka, Paijo adalah warga negara yang baik dan selalu patuh terhadap himbauan pemerintah. Ia tidak pernah terjaring kasus Pidana maupun Perdata. Sampai suatu waktu, tuntutan ekonomi keluarga seakan mambawanya untuk tetap ke sawah atau menyanggupi permintaan orang lain guna mengolah lahan dan tanaman. Dengan getir ia tetap melangkah ke sawah bersama peralatan seadanya. Ia sadar bahwa dirinya tidak kebal terhadap Virus Corona. Tetapi, ia tidak bisa apa-apa selain menjalankan kewajiban dan tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
Saya juga tidak membayangkan bagaimana nasib Paijo dan teman-temannya jika terjangkit pandemi Corona. Tidak hanya kesakitan dan atau kesengsaraan yang diperoleh. Namun jauh dari pada itu, hujatan warga terhadapnya karena tidak mematuhi anjuran pemerintah menjadi beban moral tersendiri. Saat ini, Paijo hanya memilki harapan besar supaya pandemi ini segera berlalu. Sehingga kehidupan kembali normal seperti sediakala. Ia sangat percaya bahwa pemerintah selalu memberikan solusi terbaik terhadap warganya. “Tenang” dan “Waspada” adalah dua kata yang selalu Paijo dengungkan setiap saat. Bukan karena apa, di usianya yang tak lagi muda; Paijo merasa kesulitan untuk menolak Lupa!.
Penulis ; Moh. Azhari, M.H.
(Bidang Riset dan Survey LAKEPSDAM NU Kab. Blitar)