MATABLITAR.COM– Dalam rangka memperingati hari pemberontakan PETA (Pembela Tanah Air) tahun 2022, Grantika Pujianto pemuda Blitar yang juga seniman, kembali melakukan kegiatan Napak Tilas pemberontakan tentara PETA Blitar. Senin, (14/02/2022).
Ini merupakan kali ke tiga Grantika melakukan napak tilas. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, ia biasanya melakukan napak tilas sendiri. Namun kali ini Grantika di kawal 20 Pasukan TNI dari Batalion 511.
Kepada matablitar.com Grantika menjelaskan, bahwa ada banyak pesan moral dalam kegiatan ini. Selain mengajak pemuda dan pemudi untuk tidak melupakan perjuangan pahlawan, aksi ini juga sebagai wujud penghormatan kepada pahlawan.

Grantika mengaku kegiatan ini dilakukan bukan tanpa tujuan. Dia ingin agar kegiatan tersebut menjadi pelecut bagi pemuda pemudi Blitar untuk mengenang jasa para pahlawan dalam melawan kolonialisme pasukan Jepang.
Napak tilas, dimulai pukul 02.30 WIB dini hari. Sebelum berangkat, Grantika melakukan ziarah ke makam pahlawan, dan dilanjutkan penghormatan di Monumen Potelot, yang mana di sanalah sang saka Merah Putih dikibarkan untuk pertama kalinya di masa pendudukan Jepang.
Keberangkatan napak tilas, dimulai dari monumen potelot Taman Makam Pahlawan (TMP) Raden Wijaya, yang juga berhadap langsung dengan monumen PETA.

Grantika menyebut hal ini untuk mengenang perjuangan Soedanco Supriadi yang menghindari kejaran para tentara penjajah. “Sekarang jalannya sudah enak, tidak terbayang dulu seperti apa perjalanan Soedanco Supriadi dan kawan-kawan seperjuangan nya melewati akses yang masih hutan menuju ke Gunung Gedang Candi Waringin Branjang,” kata pria yang tinggal di Desa Margomulyo Kecamatan Panggungrejo tersebut.
Sekitar pukul 07.00 WIB Grantika dan rombongan telah sampai di gunung gedang. Tak kurang 23 Km dia tempuh dengan berjalan kaki dalam Napak Tilas perjuangan tentara PETA Blitar ini.
Menurut Grantika, banyak sekali pengalaman yang menarik dalam napak tilas kali ini, selain diikuti oleh personil TNI dari Batalion 511, perjalanan ini dimulai dengan hujan deras selama separuh lebih dari perjalanan. Grantika merasa puas dengan perjalanan nya, namun masih ada hal lain yang ingin dicapainya, yaitu dia berharap tanggal 14 Februari dicanangkan sebagai hari cinta tanah air.
Grantika juga berharap para pemuda-pemudi Blitar khususnya, tidak melupakan sejarah bangsa ini. Karena banyak tokoh-tokoh Blitar yang berperan penting dalam merintis maupun mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

“Blitar ini sangat istimewa, karena banyak sebutan yang dimiliki Blitar. Mulai dari Blitar Kota Patria, Blitar kota PETA, Blitar bumi 1000 candi, Blitar Bumi Bung Karno, Blitar Kota Proklamator, dan Blitar Laya Ika Tantra Adiraja atau bumi tempat bersemayam nya para raja,” ungkap Grantika.
“Menurut saya Blitar itu hanya satu, yaitu Kawentar. Tersohor, termasyhur, terkenal di mana-mana, itu karena kekayaan blitar dari sejarah peradaban dan tokoh – tokoh berpengaruh sepeti Bung Karno, Bung Karni, Partoharjono dan Sudancho Supriadi.” Pungkas pria kelahiran 11 November 1991 itu.