MATABLITAR.COM- Sholawat dengan di iringi terbang ISHARI (Ikatan Seni Hadroh Republik Indonesia), menggema mengiringi pemberangkatan jenazah KH. Bahri Tulungrejo, Jabung, Talun Blitar. Rabu, (23/03/2022).
KH. Bahri merupakan sesepuh ISHARI di Blitar, selain itu beliau juga adalah Mustasyar PC NU Kabupaten Blitar. Kiai Bahri meninggal pada hari Rabu 23 Maret 2022, Jam 02.35 WIB di usia kurang lebih 95 Tahun.
Semasa mudanya, Kiai Bahri banyak mengenyam dunia pesantren. Beliau adalah santri Kiai Maksum Lasem, juga pernah nyantri kepada Kiai Djazuli Al-Falah Ploso Kediri, dan Kiai Sodiq Damanhuri Sanan Gondang.
Dimata banyak orang, Kiai Bahri adalah sosok Kiai yang alim, sederhana, sabar dan ahli silaturahmi. Penguasaan beliau tentang keilmuan agama yang mendalam, menjadikan beliau di juluki kitab berjalan.
KH. Ardani Ahmad Rois Syuriah PC NU Kab. Blitar dalam sambutan dan ikrar pemberangkatan jenazah menyampaikan, bahwa Kiai Bahri itu Kiai yang luar biasa, kira-kira di Dunia ini sudah sangat sulit mencari Kiai yang seperti Kiai Bahri.
“Sebelum yai Bahri wafat, Kurang lebih 15 hari beliu mboten kerso makan minum,” ungkap KH. Ardani yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Jeblog.
“Namun setelah diperiksa dokter, Subhanallah, ternyata semua organ beliau sehat semua tidak ada yang sakit. Sehingga dokter tidak berani memberikan infus.” imbuhnya.

Sementara itu, ribuan pentakziah memadati kediaman Kiai Bahri. Saat Asrakal di iringi terbang dilantunkan untuk menghantarkan jenazah ke pemakaman umum Desa Jabung, air mata tampak menggenang di mata mereka, ada juga yang menetes sesenggukan karena haru.
Sejauh kurang lebih 1 KM menuju pemakaman, sholawat terus dilantunkan sambil berjalan. “Baru kali ini saya melihat pengantaran jenazah yang di iringi terbang.” Tutur salah satu pentakziah kepada awak media.
Semasa hidupnya, Kiai Bahri ini dikenal banyak orang adalah Kiai yang suka sholawat ISHARI khususnya. Dimanapun beliau mengetahui ada terbangan (sebutan untuk sholawat ISHARI), bisa dipastikan beliau akan hadir. Bahkan menurut cerita dari keluarga, dalam kondisi sakitpun kalau mendengar terbangan beliau akan hadir, dan langsung sehat.
Disampaikan oleh Sifaul Janan putra ke 3 Kiai Bahri, bahwa pengantaran jenazah dengan di iringi sholawat ISHARI ini, merupakan keinginan almarhum.
“Tiga hari sebelam Bapak ninggal, sanjang teng kulo, seng intine ngene; Mengko lek pengeran ngersakne aku balik, aku njalok di terbangi,” tutur Faul.
“Sing tak nggumuni, Bapak kok ora wasiat blas babakan bondo. Bondoku enek sakmene, neng kene – neng kono ora blas. Sing di ngendikakne mung terbangan iku mau, menowo saking tresnone Bapak.” Pungkasnya.
Baca Juga : Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiuun, KH. Imam Suhrowardi Ulama’ Kharismatik Asal Blitar Meninggal Dunia
Baca Juga : Mengenal KH. Dimyati, Kyai Keramat Asal Blitar