Dalam ekonomi kita mengenal adanya dua teori yang biasanya sering bertentangan, yaitu teori pertumbuhan dan teori pemerataan. Teori pertumbuhan memiliki tujuan secara angka, supaya ada peningkatan pertumbuhan ekonomi di sebuah negara yang tolak ukurnya adalah PDB.
Apakah pertumbuhan negara yang tinggi mencerminkan kemakmuran seluruh masyarakatnya.? jawabannya, belum tentu. Tingkat pertumbuhan bisa saja disumbangkan oleh segelintir orang yang menjadikan angkanya meningkat, sedangkan masyarakat yang lain tetap miskin alias kekurangan.
Atas hal itulah, akses pembangunan harus dibuat merata supaya tingkat kesenjangan kemakmuran semakin pendek. Hal inilah yang menjadikan teori pertumbuhan dan pemerataan harus berjalan secara seimbang.
Hal yang sama juga bisa terjadi disebuah organisasi. Perbedaan akses antar personal menjadikan orang tersebut bertumbuh, tetapi disisi lain jika tidak ada proses transformasi dan keterbukaan akses, maka personal-personal yang lain masih stagnan atau malah semakin terpuruk.
Dari argumen paling dasar, dimana setiap tahun IKAPMII selalu mempproduksi kader lulusan, jika tidak ada transformasi akses maka kita hanya akan mencetak pengangguran baru setiap tahun yang selalu bertambah. Hal ini perlu dijadikan sebagai referensi berjalannya roda organisasi yang menjadikan arah kebijakan organisasi berpijak pada kemaslahatan anggotanya.
Konstelasi perkembangan pemikiran yang luar biasa pernah dicontohkan oleh NU dalam gerakan ke khittah tahun 1984, yang memunculkan adagium ”NU tidak kemana-mana tetapi ada dimana-mana”. Hal ini dilatari oleh semakin besarnya organisasi, dengan anggota yang bertambah semakin banyak, sehingga perlu arena semakin luas lagi untuk menyerap eksistensi dari anggotanya dan aksesnya bisa menyebar merata.
Hal seperti itu sudah mulai berkembang di IKAPMII Blitar raya, persebaran kader di berbagai partai politik adalah bagian dari kekayaan IKAPMII untuk lebih dewasa dan dapat berperan penting di area ruang publik yang ada.
Tetapi apakah hal itu sudah cukup.? saya merasa hal itu masih kurang. Data peserta Mapaba dari beberapa kampus di Blitar tahun 2021 saja sudah ada ratusan mahasiswa yang mengikutinya, berarti 4 tahun lagi ada penambahan ratusan anggota di IKAPMII. Jangan sampai mereka hanya akan menjadi folowers diruang publik dengan cap pengangguran terdidik baru.
Pada aras itu, perlu ada arah gerakan mulai hari ini supaya laju organisasi yang semakin dewasa ini juga semakin bertumbuh dan merata. Ada beberapa tawaran arah gerakan IKAPMII;
Pertama Gerakan ke atas, dimana produksi kader anggota IKAPMII Blitar untuk beraktualisasi ke tingkat Provinsi maupun Nasional, sehingga diperlukan pos pos untuk mendukungnya, mulai pos Cabang, pos di provinsi dan pos di ibukota. Tujuannya supaya ada persepsi yang sama atas pergerakan kader menjadi tokoh-tokoh ditingkat daerah, provinsi dan nasional.
Kedua Gerakan ke bawah, dimana aktualisasi kader untuk bersebaran di seluruh desa dan Kelurahan di Blitar, sehingga perlu adanya pos Cabang, Pos Kecamatan dan pos desa. Hal ini dimaksudkan supaya aktualisasi kader di desa juga menjadi perhatian seluruh alumni.
Coba kita pikirkan bersama, berapa tokoh desa yang hari ini dimiliki oleh IKAPMII, baik itu kepala desa maupun perangkat desa. Ini perlu menjadi garapan serius ke depan. Jika IKAPMII dalam gerakannya ini perlu untuk membuat PAC di kecamatan, maka bukan hal mustahil untuk kita bentuk nantinya sebagai ruang koordinasi.
Ketiga Gerakan intelektualisasi dan kepemimpinan yang menyebar di berbagai universitas di Blitar. Hal ini dapat dijadikan sebagai penguatan atas gerakan, yang dibangun IKAPMII baik gerakan ke atas maupun ke bawah.
Teori trikle down effect tidak hanya berlaku dalam membangun negara saja, namun dalam pembangunan organisasi juga akan berlaku. Efek dari penguasaan tokoh ditingkat lokal contohnya, pasti akan memberikan ruang bagi kader untuk ikut mendapatkan ruang di bawahnya, dan hal ini adalah bagian dari semangat menumbuhkan dan memeratakan akses bagi seluruh anggota IKAPMII.
Dan satu lagi yang perlu di lakukan kedepan adalah mengintesif kan komunikasi dan silaturahmi dalam komunitas dan antar komunitas lintas sektoral, untuk saling bersinergi dalam banyak hal dan menghindari miskom serra mis-mis yanh lain, terutama menjelang dan pasca tahun-tahun politik. Kalau konsolidasi sering di lakukan, insyaallah akan mudah bersama sama melawati aral dan rintangan yg ada di depan.
Penulis : Moh. Wildan Arif (Owner Marcom Phone Blitar Sekaligus Bendahara IKAPMII Blitar Raya Periode 2017 – 2022).