MATABLITAR.COM- Saat di Blitar, Anggia Ermarini sampaikan solusi mengatasi dan mecegah terjadinya perpecahan sesama anak bangsa. Hal ini ia sampaikan pada agenda Sosialisasi empat pilar kebangsaan di Blitar, 5 Agustus 2022.
Dalam pantauan awak media, terlihat seluruh peserta memenuhi aula meeting Puri Perdana Blitar. Peserta terdiri dari berbagai organisasi masyarakat di Blitar.
Menurut Anggia Ermarini selaku DPR RI Fraksi PKB Dapil Jawa Timur V, Mengamalkan berbagai macam nilai yang dimana terkandung di dalam Pancasila dan mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari merupakan cara terbaik.
“Iya kita harus melakukan penggeloraan semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai bentuk dari pemersatu bangsa. Tidak hanya itu, kita juga harus menjalankan sebuah kehidupan berbangsa dan juga bernegara yang dimana telah sesuai dengan konstitusi atau UUD 1945,” paparnya di sela-sela sosialisasi.
MasihAnggia,”dengan melakukan pelaksanaan usaha, pertahanan negara atau bela negara dapat kita lakukan dengan mencintai produk-produk dalam negeri, dan meng-filter produk-produk luar negeri.
“Jangan mentah-mentah menelan pandangan-pandangan, budaya ke barat-baratan yang tidak sesuai dengan adat bangsa kita. Kaji lebih dalam dengan ahlinya,” imbuhnya.
Hal itulah menurut anggia yang harus kita waspadai. Ancaman perpecahan bangsa tidak hanya dari dalam, melaikan ancaman perpecahan itu juga datang dari luar. Dengan hal-hal sederhana seperti produk asing dan lain-lain justru merupakan penjajahan secara ekonomi.
Dalam akhir sosialissi Anggia menegaskan bahwa memelihara wawasan kebangsaan dan sikap nasionalisme adalah suatu perwujudan dari tindakan pengamalan Pancasila yang harus terus dirawat untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
“Nasionalisme Indonesia bukanlah nasionalisme sempit dan bukan pula suatu nasionalisme anakronistis: “survival of barbarism” maupun sebagai “the spirit of archaism’ yang mendasari “the nationalistic craze for distinctiveness and cultural self-sufficiency”-
“Memang pada saat ini, banyak orang yang menganggap nasionalisme dan produk-produk turunannya seperti negara-bangsa (nation-state) dikatakan sudah kuno; namun banyak pula yang melihat bahwa nasionalisme dan produk turunannya itu masih masih relevan, bahkan sangat berguna untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan suatu bangsa”paparnya.
Selain itu menurut Anggia, adanya dikhotomi yang ekstrem antara tugas-tugas fenomena historis nasionalisme, modernisme, bahkan post-modernisme, sebetulnya hanya akan menyesatkan, mengingat nasionalisme juga pada 66 dasarnya merupakan visi masa depan (nationalism is a vision of the future).