Napak Tilas Pemberontakan PETA Blitar Bersama Banser

MATABLITAR.COM Dalam rangka memperingati hari pemberontakan PETA (Pembela Tanah Air) tahun 2023. Komunitas Cinta Tanah Air Blitar melakukan kegiatan Napak Tilas pemberontakan tentara PETA.

Grantika Pujianto selaku perintis dan koordinator  napak tilas Pemberontakan PETA mengatakan, ini adalah tahun ke empat dan merupakan aksi cinta tanah air. Kalau tahun sebelumnya di temani Pasukan TNI dari Batalion 511. Tahun ini Grantika melakukan napak Tilas bersama Anggota Banser yang di ikuti 48 anggota dari berbagai wilayah yang ada di Blitar Raya.

Bacaan Lainnya

“Kegiatan ini bermaksud mengajak pemuda dan pemudi untuk belajar sejarah dan tidak melupakan perjuangan pahlawan, aksi ini juga sebagai wujud penghormatan kepada pahlawan” ungkap Grantika.

Grantika mengaku kegiatan ini dilakukan bukan tanpa tujuan. Dia ingin agar kegiatan tersebut menjadi pelecut bagi pemuda pemudi Blitar untuk mengenang jasa para pahlawan dalam melawan kolonialisme pasukan Jepang.

Kegiatan ini dimulai tanggal 14 Februari jam 10 malam, dengan agenda melakukan ziarah ke makam pahlawan, dilanjutkan penghormatan di Monumen Potelot, dan juga renungan malam sejarah pemberontakan PETA. Di monumen Potelot inilah sang saka Merah Putih dikibarkan untuk pertama kalinya di Tanah Air di masa kependudukan Jepang.

Dengan membawa semangat nasionalisme dan rasa cinta tanah air, para peserta membawa tanah dan air dari tempatnya masing2 sebagai simbolis cinta tanah air . Kegiatan ini dimulai dari monumen potelot taman makam pahlawan Raden Wijaya yang juga berhadapan langsung dengan monumen PETA.

Dia menyebut hal ini untuk mengenang perjuangan Soedanco Supriadi yang menghindari kejaran para tentara penjajah. “Sekarang jalannya sudah enak, tidak terbayang dulu seperti apa perjalanan Soedanco Supriadi dan kawan-kawan seperjuangan nya melewati akses yang masih hutan menuju ke Gunung Gedang (Candi Waringin Branjang)” kata pria yang tinggal di Desa Margomulyo Kecamatan Panggungrejo tersebut. Tak kurang 25 Km dia tempuh dengan berjalan kaki demi Napak Tilas perjuangan tentara PETA Blitar.

Masih menurut Grantika, banyak sekali pengalaman yang menarik dalam napak tilas kali ini, selain diikuti oleh anggota Banser, perjalanan ini dimulai dengan penuh khidmat. Grantika mengaku puas dengan perjalanan nya namun masih ada hal lain yang ingin dicapainya yaitu dia berharap tanggal 14 Februari dicanangkan sebagai hari cinta tanah air.

“Saya berharap para pemuda-pemudi Blitar tidak melupakan sejarah bangsa ini. Karena banyak tokoh-tokoh Blitar yang berperan penting dalam merintis maupun mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia” tutur nya.

Blitar ini sangat istimewa, karena banyak sebutan yang dimiliki Blitar. Mulai dari Blitar Kota Patria, Blitar kota PETA, Blitar bumi 1000 candi, Blitar Bumi Bung Karno, Blitar Kota Proklamator, dan Blitar Bumi Laya Ika Tantra Adi Raja (Bumi tempat bersemayam nya para raja).

“Menurut saya Blitar itu hanya satu, yaitu Kawentar. Tersohor, termasyhur, terkenal di mana-mana, itu karena kekayaan blitar dari sejarah peradaban dan tokoh2 berpengaruh sepeti Bung Karno, Bung Karni, Partoharjono dan Sudancho Supriadi.” Kata pria kelahiran 11 November 1991 itu.

Pos terkait